Thursday, April 14, 2011

Hampir Kena NII



ini merupakan sebuah cerita pengalaman saya yang hampir saja Terjerumus kedalam NII (Negara Islam Indonesia)

cerita ini terjadi pada tahun 2007 (sekitar bulan Juni, kalau tidak salah). Waktu saya masih sekolah di SMA N 63 Jakarta tepatnya kelas 3 setelah selesai UN (Ujian Nasional) menjelang Ujian SPMB. waktu itu saya sedang penat-penatnya menghadapi soal latihan ujian SPMB.

suatu ketika ada senior saya waktu SMA sebut saja RN tiba-tiba menelpon saya dan dia ingin berkunjungan kerumah. Padahal sudah hampir setahun tidak pernah ada kontak-kontak sama dia, walaupun memang pada waktu saya kelas 1 dan 2 kita berteman akrab karena saya dan dia sama-sama menjadi wakil Ketua Osis (WK 1 dan 2).

Saya sama sekali tidak menaruh curiga ke dia, karena begitu dia main kerumah saya yang dibahas adalah rencana pembuatan film dari putra-putri Indonesia untuk kemajuan bangsa, jelas saya tertarik.

ketertarikan saya terhadap project itu berlanjut sampai akhirnya mengantarkan saya pada pertemuan kedua di sebuah rumah di kawasan Bina Nusantara, Jakarta barat. Di rumah itu saya dipertemukan dengan seorang anak muda sebut saya JY yang mengaku sebagai anak Komunikasi UI angakatan 2004 (padahal itu bohong, karena setelah saya cek itu tidak benar). disitu situasi di setting seolah-olah senior saya yang bernama RN itu juga baru mengenal si JY.

Obrolan dibuka dengan harapan-harapan tentang Indonesia kedepan. saya bicara dengan sangat antusias, menggebu-gebu dan intinya saya sangat bersemangat mengeluarkan semua pendapat saya. Sampai akhirnya obrolan kita masuk pada pembahasan peranan Islam di Indonesia, dan saat itulah kecurigaan saya muncul. kecurigaan saya bertambah ketika saya tersadar bahwa kami berbicara dari pukul 12 sampai pukul 15.30 tanpa jeda menunaikan solat zuhur (katanya ngomongin islam tapi kok gk solat..), ketika itu saya menyela dengan pertanyaan.. "eh kok kita gk solat zuhur sih?" dan di JY menjawab "kan bisa di jamak.."

lalu obrolan saya berlanjut dan dipindahkan kedalam ruangan yang dilengkapi dengan Papan Tulis, AC, dan sejumlah Qur'an yang terlihat tersusun rapi diatas lemari. disitulah saya mulai diberi ajaran-ajaran yang sesat.. pembahasannya benar diambil dari Qur'an, tapi ayat-ayat yang dibahas lompat-lompat dalam arti kata satu surat tidak ada yang diartikan secara full, melainkan dikombinasi.

LAlu pada saat saya diberikan "pembelajaran" saya berinisiatif untuk mencatat, tujuannya adalah agar dirumah bisa saya bahas sendiri. Namun si JY melarang saya mencatat dengan alasan "nanti kalau kamu belajar sendiri kamu bisa salah", kembali-lah saya curiga dengan kegiatan ini. Lalu akhirnya saya tidak kuat, penat, bosan, akhirnya saya bilang "aaah gw pusing.., gw pengen balik!". Mereka dengan baik hati mempersilahkan saya pulang, namun sebelum saya pulang si JY memberikan pesan untuk tidak menceritakan hal-hal yang diajarkan tadi kepada siapapun, lalu saya tanya "ke orangtua pun gk boleh?" dan dia mejawab dengan tegas "tidak". Dan akhirnya saya semakin yakin bahwa ini adalah SESAT.

lalu saya segera pulang. sesampainya dirumah saya langsung bercerita dengan orang tua saya, dan saya bercerita selayaknya saya ustad. Saya membahas semua yang diajarkan oleh JY kepada kedua Orangtua saya, dan mereka kaget. akhirnya kedua orangtua saya memanggil seorang Ustad dan akhirnya saya disadarkan oleh beliau dan tentunya itu merupakan hidayah Allah SWT.

padahal saya sudah tau bahwa itu sesat tapi tanpa saya sadari ajaran-ajaran itu dengan mudahnya masuk (untung sehari langsung sadar, gk sampe kecuci otak, atau dimintain duit, dll). dan pak Ustad itu bilang, "untungnya dalam diri kamu juga masih ada pergolakan, kalau tidak semua itu akan lebih mudah masuk ke otak kamu".

dan semenjak kejadian itu saya tidak mau lagi bertemu dengan RN dan JY, bahkan dia terus mendatangi rumah saya, saya sampai bersembunyi, berbohong, dan memilih menginap dirumah teman dari pada bertemu dengan kedua orang itu. (walaupun akhirnya saya bersama dengan kedua orang tua dan seorang Ustad menemui mereka dan menantang mereka, dan akhirnya mereka tidak lagi datang).

ooh iya satu lagi ciri mereka, mereka itu oarngnya gk pantang menyerah, gak punya malu, gk punya akal sehat.

demikan kisah saya yang sangat memberikan saya banyak pelajaran. dan sekarang saya tidak ragu-ragu untuk mengatakan kepada orang yang saya curigai sebagai pengikut NII saya akan mengatakan "lo ikut ajaran SESAT TUH".. hehehe..

so, jangan tinggalin Sholat, jangan lupa tetep berpegang pada Al-Qur'an yang UTUH, dan hadist. Insya Allah begitu-begituan kagak mempan..

semoga cerita ini dapat menjadi informasi agar teman-teman tidak TERJERUMUS kedalam Jaringan NII.

Friday, April 8, 2011

Macet?

Salah Infrastruktur? atau Salah "kita" sebagai pengguna jalan?, itulah yang terlintas dalam pikiran saya ketika setiap pagi dan sore saya harus rutin bertemu dengan kemacetan seperti ini :


atau yang seperti ini :


mungkin sudah banyak penelitian tentang kemacetan, dan saya juga tidak bisa menjelaskan secara ilmiah bagaimana cara mengatasi kemacetan di jakarta yang punya slogan visit yaitu "ENJOY JAKARTA".

Ingat-ingat tentang slogannya, mungkin yang dimaksud dengan slogan itu adalah "ENJOY aja kalau MACET", "ENJOY aja kalo semrawut", "ENJOY aja kalau kelaman dijalan", dan "Enjoy aja klo telat di marahin bos karena alasan macet". Lalu siapa yang salah?

jika melihat dari bagan dibawah ini, maka pengguna jalan dan infrastruktur merupakan bagian terkecil dari penyebab kemacetan.


kita tahu bahwa pertumbuhanan infrastuktur jalan di jakarta tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor. Bahkan, hingga saat ini tercatat jumlah kendaraan bermotor sudah mencapai 6,5 juta unit, di mana 6,4 juta unit atau 98,6 persen merupakan kendaraan pribadi dan 88.477 unit atau sekitar 1,4 persen adalah angkutan umum, dengan pertumbuhan kendaraan mencapai 11 persen setiap tahunnya. Sedangkan panjang jalan yang ada 7.650 Km dengan luas 40,1 Km2 atau 6,2% dari luas wilayah DKI, dengan pertumbuhan jalan hanya sekitar 0.01 % per tahun. Bandingkan dengan pertumbuhan kendaraan jalan, dari angka itu jelas pertumbuhan jalan tidak mampu mengejar pertumbuhan kendaraan, sehingga wajar saja terjadi kemacetan hampir di setiap ruas jalan. Dan tentunya kemacetan itu semakin lama akan semakin parah.
Buat masalah itu biarlah pemerintah daerah dan pemerintah kota yang mengurusi!


Unsur yang satunya yaitu pengguna jalan. Pengguna jalan yang saya maksud disini yaitu pejalan kaki, pengendara motor dan mobil. Pada sore hari semua orang hanya fokus pada "CEPAT SAMPAI RUMAH" tanpa mempedulikan orang lain. Saling serobot, mengambil jalur orang lain dll.

coba deh Sabar sedikiiiit aja, misal :
-jangan saling serobot dengan pengendara didepan anda(pada saat macet)
-tetap sabar berada dijalur kita (pengendara motor jangan ambil jalan lain arah)
-tetap mematuhi rambu lalu lintas (Lampu merah, Garis berhenti di lampu merah, dll)
-nyebrang jangan sembarang

coba aja tiga hal ini dijalanin,, dari diri kita dulu deh, awal-awal saya ngejalanin ini sih emang berat banget, bawaannya mau cepet buru-buru sampe rumah, padahal saya melupakan sesuatu yang kadang terlintas kalau "YA GW NIH SEBENERNYA YANG BIKIN JAKARTA MAKIN MACET", so... yuuuk kita jalanin hal itu, semoga langkah kecil kita bisa mengurangi sedikit kemacetan. tetap ingat yah, sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukiit.

I WISH JAKARTA LANCAAAAAAAR.... AAmiin